Festival Film Indonesia (FFI) 2011 kali ini yang digadangkan akan mengusung semangat perubahan ternyata hanya terlihat sedikit saja perubahan yang terjadi. Seperti diadakannya kembali penganugerahan Piala Vidia untuk film televisi (FTV), dimana terakhir kali diadakan pada FFI tahun 2006. Dan hasilnya film televisi terbaik diberikan kepada ‘Bakpao Ping Ping’ yang disutradarai oleh Viva Westi.
Film bioskop yang terdaftar sebagai peserta berjumlah 41 judul film. Acara malam penganugerahannya sendiri masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, monoton dan sedikit membosankan. Ditambah para pembaca nominasinya yang terlalu banyak omong dengan guyonan yang garing. Kapan ya acara FFI ini bisa seperti atau setidaknya menyamai kemegahan penganugerahan piala Oscar ?
Sepertinya tahun ini untuk pemenang di tiap kategori hampir merata diperoleh film-film unggulan. Akhirnya film terbaik jatuh kepada film ‘Sang Penari’ produksi Salto Films yang memperoleh 4 piala Citra untuk kategori pemeran pendukung wanita terbaik oleh Dewi Irawan, pemeran utama wanita terbaik oleh Prisia Nasution, sutradara terbaik oleh Ifa Isfansyah dan film terbaik.
Sang penari dinilai lebih unggul dari para peserta lainnya. Film ini merupakan adaptasi dari novel terkenal karya Ahmad Tohari berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Sekitar tahun 80-an novel ini sebelumnya juga pernah diadaptasi ke layar lebar dengan judul ‘Darah dan Mahkota Rongeng’ yang dibintangi oleh Enny Beatrice dan Ray Sahetapy. Jadi bisa dikatakan Sang Penari merupakan film remake.
Terjadi kejutan untuk penerima piala citra kategori pemeran utama pria, dimana piala tersebut dimenangkan oleh pemain cilik Emir Mahira (Rumah Tanpa Jendela) yang bermain apik sebagai seorang anak penderita autis dan mengalahkan para senior lainnya yang masuk nominasi seperti Alek Komang (Surat Kecil Untuk Tuhan), Tio Pakusadewo (Tebus), Oka Antara (Sang Penari) dan Ferdy Tahier (Masih Bukan Cinta Biasa). Ini juga merupakan piala Citra pertama dan film pertama bagi Prisia Nasution yang mendapatkannya dalam kategori pemeran utama wanita terbaik. Ia lebih dikenal sering membintangi beberapa FTV sebelumnya. Disini ia berhasil mengungguli bintang-bintang muda lainnya yang menjadi nominasi seperti Dinda Hauw (Surat Kecil Untuk Tuhan), Fanny Fabriana (True Love), Gita Novalista (The Mirror Never Lies) dan Salma Paramitha (Rindu Purnama).
Selain Sang Penari yang berhasil memperoleh 4 piala Citra, hasil lainnya adalah film Masih Bukan Cinta Biasa dan film The Mirror Never Lies masing-masing memperoleh 2 piala Citra dan sisanya untuk film ? (Tanda Tanya), Tendangan Dari Langit, Catatan Harian Si Boy, Rumah Tanpa Jendela dan Pengejar Angin yang masing-masing hanya membawa 1 piala. Ada beberapa judul film yang turut mendaftar sebagai peserta FFI 2011 dan terbilang cukup bagus kualitasnya namun tidak berhasil mendapatkan satupun nominasi di tiap kategori penilaian, seperti Get Married 3, Semesta Mendukung, Badai di Ujung Negeri, The Perfect House dan Di Bawah Lindungan Ka’bah.
FFI 2011 memberikan Anugerah Khusus kepada semua orang yang teribat dan berkontribusi dalam film Kuldesak (1998), yang telah memberikan inspirasi pada generasi mereka sendiri maupun generasi sesudahnya untuk tetap berkarya dan mencintai film Indonesia. Serta Lifetime Achievement Award yang diberikan kepada Bapak J.B. Kristanto atas jasanya sebagai pengamat film yang dengan tekun dan teliti mendokumentasikan data-data film Indonesia sejak tahun 1926 hingga hari ini.
Semoga FFI di tahun-tahun mendatang bisa lebih meningkat untuk kualitas film peserta serta penyelenggaraannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar