Beep ... beep ... beep .....
“Halo
…”
“Halo
… Mbak !”
“Sudah
kubilang jangan telepon aku lagi, aku gak mau menjenguk Bapak.”
Aku nggak mau melihat bapak meskipun dia
kini sedang terbaring di rumah sakit. Aku benci sama bapak. Sejak dia
memutuskan untuk berpoligami, bapak sudah menghancurkan hati ibuku dan juga
hatiku. Apa kurangnya ibu. Ibu yang begitu setia sama bapak. Ibu yang begitu
tulus dan jujur. Ibu yang penuh ikhlas menyayangi. Ibu yang sangat baik
meskipun dia merelakan pasangan hidupnya harus dimiliki juga oleh orang lain.
Aku tahu hatinya hancur tapi dia tidak pernah memperlihatkannya. Mengapa bapak
begitu tega. Padahal dulu aku begitu membanggakan bapak.
Bapak menikah lagi ketika aku berusia
tujuh tahun. Aku belum mengerti poligami saat itu. Yang aku tahu cuma bapak
sudah jarang tidur bersama kami lagi dalam satu rumah. Jika aku bertanya, ibu
selalu bilang bahwa bapak sedang tugas keluar kota. Sebagai anak tunggal aku
masih butuh bapak, bukan cuma materi tapi juga kasih sayangnya. Ibu baru memberi
tahu soal itu ketika aku sudah duduk dibangku SMP. Sebagai wanita aku bisa
merasakan pedihnya hati ibu kala itu.