Idul Fitri, hari yang paling ditunggu umat muslim. Seperti aku yang tiap tahun selalu menunggunya karena di hari itu aku bisa berguna dan merasa bahagia. Setelah setahun berada di ruang gelap yang harum kapur barus, aku merasa bisa bebas bernafas dan menguap. Bisa melihat indahnya dunia dan hangatnya sinar mentari. Gema takbir yang terus mengalun merdu di seluruh masjid begitu menggetarkan jiwa. Aku ingin tiap hari adalah hari Idul Fitri.
Aku selalu merasa sunyi sendiri. Hari ini aku kembali keluar dari persembunyianku. Kini aku sudah berada di pundak pemilikku yang beserta keluarganya sudah siap-siap pergi ke masjid melaksanakan sholat Idul Fitri. Pemilikku, seorang bapak separuh baya yang sukses di kehidupannya. Punya seorang istri cantik yang selalu menemaninya dan dua orang anak yang sudah pasti selalu menikmati kekayaannya. Beliau juga punya perusahaan besar yang sudah berjalan dengan baik. Kami pergi dengan mengendarai sebuah mobil ke masjid yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah dan setelah beberapa saat akhirnya kami sampai juga di sebuah masjid indah yang berada di pinggir komplek perumahan.
Aku sekarang tidak sendirian, banyak teman-temanku hadir disini. Aku selalu iri melihat mereka, seperti teman disebelah kananku ini, warnanya kelihatan sudah memudar namun wajahnya selalu memancarkan senyum. Bagian tengah atasnya pun sudah berwarna kecoklatan bekas tumpuan kening pemiliknya yang setiap lima waktu sehari atau mungkin juga lebih selalu menyentuhnya. Dia begitu tampak bahagia. Sedangkan teman-temanku yang lain juga tampak begitu bercahaya. Alangkah indahnya mereka.
Akhirnya sholat Idul Fitri selesai. Aku sedih. Aku masih ingin bersua dengan teman-temanku dan ingin mendengarkan cerita-cerita indah mereka. Ya Allah jangan hentikan ini, aku tidak mau masuk lemari lagi dan membusuk di sana, aku ingin selalu digelar seperti teman-temanku itu. Aku ingin bahagia.
***
Beberapa bulan kemudian.
“Mbok, kemarin Bapak dikasi sajadah dari temannya yang baru pulang naik haji, bagus banget, nah ini sajadah Bapak yang lama mau diganti. Yang ini untuk Mbok saja, masih bagus lho. Sajadah Mbok kan sudah usang dan nggak layak pakai lagi sepertinya”.
“Terima kasih Buk, wah ini masih bagus sekali, jadi makin khusyu sholatnya”.
Aku cuma bisa bersyukur Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar