Salah satu hal yang sangat penting dalam sebuah
film adalah peran para aktor dalam menghidupkan karakter tokoh yang
dimainkannya. Aktor bagaikan jiwa dalam sebuah film. Tingkat keberhasilan
seorang aktor dalam memerankan sebuah karakter, tidak ada parameter khusus
untuk mengukurnya. Semua tergantung selera penikmat film masing-masing.
Tanpa bermaksud menyampingkan peran para aktor
lainnya yang telah turut berkontribusi dalam perfilman nasional, berikut ini
saya menyajikan para aktor terbaik yang dimiliki tanah air hingga saat ini,
berdasarkan kualitas, prestasi, loyalitas, dedikasi, dan pengaruhnya di dunia
perfilman nasional.
1. Deddy
Mizwar
Aktor andal yang masih memegang rekor peraih Piala Citra FFI terbanyak untuk
ketegori pemeran terbaik, dengan jumlah lima piala yang didapat dari Arie Hanggara (FFI 1986), Opera Jakarta (FFI 1986), Nagabonar (FFI 1987), Kuberikan Segalanya (FFI 1992) dan Nagabonar Jadi 2 (FFI 2007). Deddy pernah
meraih dua Piala Citra sekaligus untuk dua kategori berbeda di tahun yang sama.
di era tahun 80-an, nama Deddy Mizwar seakan tak pernah henti menjadi langganan
nominasi FFI hingga mencapai 12 kali nominasi dalam kategori pemeran utama dan
pemeran pendukung. Ia sering bermain di film-film yang berkualitas, ditangani
sutradara andal, dan film-filmnya juga sukses dan diingat publik.
Selalu
kagum dengan aktor watak yang satu ini atas dedikasinya di dunia perfilman.
Berawal dari figuran kemudian El Manik mendapat kepercayaan sebagai peran utama
dalam film Jakarta Jakarta (1977)
dari Ami Priyono. Selanjutnya, Teguh Karya menawarkan peran sebagai opsir
Belanda dalam November 1828 (1978),
yang mengantarkan dirinya meraih Piala Citra dalam FFI 1979 sebagai pemeran pendukung
pria terbaik. Dan ia pun berhasil menambah koleksi Piala Citra dari film Budak Nafsu (FFI 1984), Carok (FFI 1985) dan Berbagi Suami (FFI 2005).
3. Soekarno
M. Noor
Soekarno
M. Noor menjadi sosok aktor yang cukup disegani di perfilman nasional. Aktingnya
sering dipuji banyak orang termasuk dari sesama pemain film. Pertama kali
mendapatkan gelar aktor terbaik pada FFI 1960 untuk film Anakku Sajang. Kemudian lewat Di
Balik Tjahaja Gemerlapan (FFI 1967) dan terakhir, Kemelut Hidup (FFI 1979). Nominasi Piala Citra terakhirnya
diperoleh melalui film Opera Jakarta (1985)
kategori pemeran pendukung pria terbaik, berkat permainannya yang begitu mengesankan.
4. Reza
Rahadian
Salah
satu aktor muda berbakat dengan akting yang mumpuni. Meski baru terjun di dunia
perfilman pada tahun 2007 namun hingga kita sudah banyak membintangi film-film
berkualitas yang mengantarkannya meraih beberapa penghargaan. Permainannya
semakin mengesankan. Tiga buah Piala Citra telah berhasil diraih melalui film Perempuan Berkalung Sorban (FFI 2009), 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta (FFI 2010)
dan Habibie
& Ainun (FFI 2013). Selain itu ia juga pernah dinominasikan dalam FFI
sebanyak tiga kali untuk kategori pemeran utama pria terbaik dan satu kali
untuk kategori pemeran pendukung pria terbaik. Ke depan kariernya bakal semakin
cemerlang.
5. Rachmat
Hidayat
Beliau
memulai karir perfilmannya lewat film Toha
Pahlawan Bandung Selatan (1961). Perkembangan karirnya semakin gemilang di
mana ia telah banyak mendapatkan berbagai macam penghargaan. Diantaranya Piala
Citra dalam film Apa Salahku (FFI
1977), Pacar Ketinggalan Kereta (FFI
1989) dan Boss Carmad (FFI 1991).
Selain itu ia juga pernah lima kali masuk unggulan FFI.
6. Maruli
Sitompul
Aktor
berkarakter kuat ini selalu tampil mengesankan di setiap film yang
dibintanginya. Piala Citra diraihnya tiga kali berturut-turut melalui Laki-laki Dari Nusakambangan (FFI 1981),
Bawalah Aku Pergi (FFI 1982), dan Di Balik Kelambu (FFI 1983). Pernah
menjadi unggulan FFI sebanyak tiga kali dalam Gara-gara Istri Muda (1977), November
1828 (1978), dan Perawan Desa
(1978). Sempat mendapat julukan “The
Giant Voice” oleh insan film luar negeri karena volume suaranya yang memang
besar dan khas.
7. Slamet
Rahardjo
Pada
tahun 1968 dia memulai karirnya dalam bidang teater dengan bergabung dalam
Teater Populer bersama Teguh Karya. Terjun ke film sebagai pemain sejak 1971 lewat
Wajah Seorang Laki-laki (1971). Dia
tidak banyak tampil, namun sekali tampil, dalam film yang berkualitas. Ini
dibuktikannya dengan berhasil meraih Piala Citra sebagai pemeran utama pria
terbaik dalam film Ranjang Pengantin
(FFI 1975) dan Di Balik Kelambu (FFI
1983) serta empat kali masuk nominasi unggulan FFI.
8. Tio
Pakusadewo
Melangkah
ke film sebagai figuran dalam Bilur-bilur
Penyesalan (1987). Nama Tio Pakusadewo mulai menjadi perbincangan di tahun
1990, saat ia membintangi film bagus Cinta
Dalam Sepotong Roti, garapan Garin Nugroho. Kemudian lewat film Lagu Untuk Seruni (FFI 1991), secara
mengejutkan memberinya Piala Citra untuk pemeran utama pria terbaik. Tio
kembali menambah koleksi Piala Citranya melalui film Identitas (FFI 2009), sebagai pembuktian akan kualitas aktingnya.
Ia juga sering menjadi unggulan nominasi FFI.
9. Benyamin
S.
Benyamin
Sueb adalah pemain film, pelawak, sutradara dan penyanyi legendaris Indonesia.
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk bermain
film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), serta Si Doel Anak Betawi (1976) yang
disutradari Syuman Djaya, semakin mengangkat ketenarannya. Aktingnya yang alami
membuatnya meraih Piala Citra dua kali, untuk Intan Berduri (FFI 1973), dan Si
Doel Anak Modern (FFI 1977) sebagai pemeran utama pria terbaik.
10. Zainal
Abidin
Zainal
Abidin adalah aktor kawakan Indonesia di berbagai era. Ia menekuni profesi
aktor sejak tahun 1955. Film pertama yang dia perankan sebagai pemeran utama
adalah Habis Manis Sepah Dibuang (1955)
disutradarai oleh Rd. Arifien. Perannya yang berkesan dari sekian banyak
filmnya adalah dalam film Usia 18
(1980), yang memberinya Piala Citra pertama pada FFI 1981. Perannya yang kurang
begitu menonjol di film Putri Seorang
Jenderal (1981), namun mampu memberinya Piala Citra kedua, untuk kategori
pemeran utama pria terbaik di FFI 1982.
11. Mathias
Muchus
Mengawali
karirnya sebagai aktor lewat panggung teater. Mathias Muchus pun menjajal dunia
film lewat Perkawinan (1972) karya
Wim Umboh sebagai pemeran pendukung. Muchus mulai mendapat peran utama di Roro Mendut (1982) karya Ami Prijono. Kemampuan aktingnya terus berkembang hingga
masuk jajaran nominasi FFI 1986 lewat Beri
Aku Waktu, karya Buce Malawau dan benar-benar mendapatkan Piala Citra pada FFI
1988 atas perannya di film Istana
Kecantikan, karya Wahyu Sihombing. Kemudian mendapat Piala Citra keduanya
lewat Pengejar Angin (FFI 2011).
12. Bambang
Hermanto
Namanya
mengorbit setelah mendapat peran utama dalam Harimau Tjampa (1953). Bambang mendapat gelar aktor terbaik dalam
Festival Film Internasional di Moskwa tahun 1961 berkat permainannya dalam film
Pedjuang (1960), merupakan bintang
film Indonesia pertama yang berhasil memperoleh medali emas pada taraf
Internasional. Ia meraih Piala Citra dalam film Lewat Djam Malam (FFI 1955) dan untuk perannya di film Ponirah Terpidana (FFI 1984) karya
Slamet Rahardjo.
13. Rano
Karno
Sejak
kecil, Rano sudah diajak ayahnya bermain film, memerankan tokoh anak. Namanya
mulai dikenal lewat film Si Doel Anak
Betawi (1973) karya Sjuman Djaya. Kariernya semakin sukses kala membintangi
Gita Cinta Dari SMA (1979) bersama
Yessy Gusman, dan banyak film romansa lainnya. Di tahun 80-an, ia mulai
mendapat peran di film yang agak berat. Dari film Yang (nominasi FFI 1984), Ranjau-ranjau
Cinta (nominasi FFI 1985), Arini
(nominasi FFI 1987), Arini II
(nominasi FFI 1989), sampai digembleng Arifin C. Noer dalam film Taksi (1990) yang akhirnya memberinya
Piala Citra.
14. Nicholas
Saputra
Sejak
tahun 2002 awal karier aktingnya bermula. Aktor yang popular dengan karakter “Rangga”
ini sangat selektif dalam memilih peran dan ia pun akan memberikan performa
yang berkualitas dalam setiap penampilannya. Piala Citra pernah diraihnya
sebagai pemeran utama pria terbaik dalam Gie
(FFI 2005) dan menjadi unggulan dalam Ada
Apa Dengan Cinta? (nominasi FFI 2004), Janji
Joni (nominasi FFI 2005), dan 3 Doa 3
Cinta (nominasi FFI 2008).
15. Alex
Komang
Salah
satu murid Teguh Karya dari Teater Populer. Masuk ke dunia film sejak tahun
1984 sebagai pemeran utama dalam film Doea
Tanda Mata (1984), yang langsung memberikannya anugerah Piala Citra pada
FFI 1985. Sempat rehat beberapa tahun kemudian berakting kembali dan menjadi
unggulan dalam Surat Kecil Untuk Tuhan
(nominasi FFI 2011) dan 9 Summers 10
Autumns (nominasi FFI 2013).
16. Lukman
Sardi
Lukman
pertama kali tampil di film pada tahun 1977 saat Wim Umboh sedang mencari
pemeran anak-anak untuk film Kembang-kembang
Plastik. Sejak saat itu hingga 1984 ia telah tampil dalam film lainnya
sebagai pemeran anak-anak. Setelah sekian lama tenggelam, Lukman kemudian
muncul membintangi beberapa sinetron. Namun yang membuatnya merasa kembali ke
panggung perfilman Indonesia adalah saat ia diajak bermain dalam film Gie (2004) arahan Riri Riza. Sempat pula
meraih penghargaan sebagai pemeran pendukung pria terbaik dalam Nagabonar Jadi 2 (FFI 2007).
17. Didi
Petet
Didi
Petet mengawali karirnya dalam dunia teater bersama Teater Koma. Pertama kali
main film dalam Semua Karena Ginah
(1985). Mulai diperbincangkan ketika berperan sebagai pria kemayu di film Catatan Si Boy (1987). Secara
mengejutkan ia meraih Piala Citra di film Cinta
Akan Jaman (FFI 1988) sebagai pemeran pendukung pria terbaik. Pernah
melekat dengan peran si “Emon”, merasa menemukan kembali peran yang pas lewat
legenda si “Kabayan”. Setelah Kang Ibing hanya ia saja yang dianggap mampu
untuk memerankan tokoh yang cerdik dan alim dari Sunda ini.
18. Vino
G. Bastian
Melakukan
debutnya sebagai aktor dalam 30 Hari
Mencari Cinta (2003), kemudian tawaran film pun menyusul secara deras
kepadanya. Ia meraih penghargaan sebagai pemeran utama pria terbaik dalam Radit & Jani (FFI 2008) dan pernah
masuk unggulan dalam Serigala Terakhir
(nominasi FFI 2009) dan 3 Nafas Likas
(nominasi FFI 2014).
19. Donny
Damara
Memulai
karier sebagai bintang iklan produk mentega pada tahun 1978. Setelah menginjak
remaja mulai merambah pada dunia seni peran sebagai pemain film di layar lebar. Pernah
mendapatkan unggulan Piala Citra dalam Perwira
dan Ksatria (nominasi FFI 1991). Penampilannya yang memikat sebagai
transgender dalam film Lovely Man
(2011) memberikannya anugerah Piala Citra dalam FFI 2012 dan Asian Film Award
2012 sebagai aktor terbaik.
20. Ratno
Timoer
Ratno
Timoer adalah seorang produser, sutradara, dan aktor film Indonesia yang
terkenal dari akhir tahun 60-an hingga dasawarsa akhir tahun 80-an. Melalui
film Matjan Kemajoran (1965) namanya melejit dan dikenal masyarakat. Semakin
dikenal luas setelah beberapa kali memerankan tokoh pendekar Barda Mandrawata
alias "Si Buta Dari Goa Hantu" yang diangkat dari komik terkenal. Aktingnya
yang kharismatik memukau dewan juri FFI 1976, sehingga memenangkannya sebagai
pemeran utama pria terbaik lewat film Cinta
(1975).
21. Pietrajaya
Burnama
Piet
muncul di awal era 60-an. Film-filmnya kebanyakan bertema komedi dan laga.
Kerap juga bermain dalam film-film komedi Warkop pada tahun 80-an hingga 90-an.
Sebagai pemain, empat kali masuk unggulan nominasi FFI, dan mendapat Piala Citra
sebagai pemeran pendukung terbaik lewat film Noesa Penida (FFI 1989). Film Tjoet
Nja’ Dhien (nominasi FFI 1988) adalah salah satu film yang diperankannya
yang diingat publik, dimana ia juga masuk unggulan pemeran utama pria terbaik.
22. Dicky
Zulkarnaen
Biarpun
telah muncul di film sejak tahun 1960 dalam Sehelai
Merah Putih, tetapi namanya baru tenar setelah jadi Si Pitung (1970). Pernah juga main bareng dengan istrinya, Mieke Wijaya
dalam Gadis Kerudung Putih (1967). Selain
itu, Dicky juga bermain apik dalam film Salah
Asuhan (1972), dan Pemberang
(1972) yang memberinya Piala Citra pada FFI 1973 sebagai pemeran pendukung pria
terbaik.
23. Ray
Sahetapy
Film
perdananya sebagai pemeran utama, berjudul Gadis
(1980) yang kemudian mempertemukannya dengan Dewi Yull. Ray adalah aktor yang
mengandalkan akting bagus, terbukti ia pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali
di ajang FFI yakni melalui film Ponirah
Terpidana (FFI 1984), Secangkir Kopi
Pahit (FFI 1985), Kerikil-kerikil
Tajam (FFI 1985), Opera Jakarta (FFI
1986), Tatkala Mimpi Berakhir (FFI
1988), Noesa Penida (1989) dan Jangan
Bilang Siapa-siapa (FFI 1990).
24. W.D.
Mochtar
Wagino Dachrin Mochtar adalah
aktor kawakan dan suami aktris Sofia WD, pertama kali tampil dalam film Tirtonadi (1950). Setelah 15 tahun
berkecimpung, baru pada film Matjan
Kemajoran (1965) bersama Ratno Timoer namanya mulai dikenal. Ia sering
memerankan tokoh antagonis. FFI pernah menominasikannya sebagai peraih Piala
Citra dalam film Yuyun Pasien Rumah Sakit
Jiwa (FFI 1980), Ratu Ilmu Hitam
(FFI 1982), dan Roro Mendut (FFI
1983).
25. Cok
Simbara
Sejak
kecil sebenarnya Cok Simbara sudah mengenal dunia akting. Ia memulai debutnya
langsung sebagai pemeran utama dalam film Gersang
Tapi Damai (1977). Kemudian melambung lewat film Kugapai Cintamu (1977) yang dibintangi bersama Jenny Rachman, Roy
Marten dan Lenny Marlina. Sempat masuk unggulan penerima Piala Citra dalam Penyesalan Seumur Hidup (FFI 1987), Lagu Untuk Seruni (FFI 1991), dan Plong (FFI 1992).
Menjadi yang terbaik tidaklah mudah, butuh kerja
keras dan keuletan. Namun menjaga konsistensi dan berusaha mempertahankannya,
jauh lebih sulit.
Referensi:
wikipedia, indonesian film center, katalog film indonesia.
Foto:
berbagai sumber
makasih atas infonya, kunjungi http://bit.ly/2Cyl3pR
BalasHapus