Setelah menyajikan daftar para aktor terbaik
negeri ini, kali ini giliran daftar para aktris film terbaiknya, tentu saja
masih versi saya, yaitu:
1.
Christine
Hakim
Sepanjang
kariernya sebagai artis film, Christine dikenal sebagai aktris yang memiliki
akting sangat bagus. Sehingga telah banyak mendapatkan pujian dan meraih
penghargaan. Aktris tangguh ini tampil
mencuri perhatian dalam film pertamanya Cinta
Pertama (1973), yang memberinya Piala Citra pemeran utama wanita terbaik dengan
pujian. Hingga kini sudah mengumpulkan lima Piala Citra dari film Sesuatu Yang Indah (FFI 1977), Pengemis dan Tukang Becak (FFI 1979), Di Balik Kelambu (FFI 1983), Kerikil-kerikil Tajam (FFI 1985), dan Tjoet Nja’ Dhien (FFI 1988).
2.
Meriam
Bellina
Namanya
sangat populer di sepanjang era 80-an hingga sekarang. Meriam Bellina disebut
sebagai Magma Perfilman Indonesia, karena bakatnya yang teruji di film-film
berkelas. Mer secara mengejutkan merebut Piala Citra FFI 1984 untuk pemeran
utama wanita terbaik dalam film Cinta Di
Balik Noda (1984) mengalahkan pesaingnya yang cukup berat kala itu. Dia
kembali meraih Piala Citra untuk film Taksi
(FFI 1990) dan Get Married (FFI
2007).
Mieke
sebelumnya adalah seorang biduanita di RRI Palembang dalam band “Empat
Sekawan”. Aktris watak berkarakter ini mulai populer setelah membintangi film Tiga Dara (1956) bersama Chitra Dewi dan
Indriati Iskak. Melekat dengan sosok karakter “Bu Broto” dalam serial Losmen yang dibintanginya pada awal
tahun 80-an di TVRI. Piala Citra diperolehnya melalui Gadis Kerudung Putih (FFI 1967), Ranjang Pengantin (FFI 1975), dan Kembang Semusim (FFI 1981).
4.
Lydia
Kandou
Salah
satu primadona layar lebar Indonesia di era 80-an dan menjadi idola remaja
bersama Rano Karno dan Yessy Gusman. Film-film yang dilakonkan mampu
menempatkannya menjadi artis terkenal di Indonesia untuk beberapa masa. Pernah
masuk unggulan FFI untuk film Untukmu
Kuserahkan Segalanya (1984), Kejarlah
Daku Kau Kutangkap (1985) dan Cas Cis
Cus (1989), baru kemudian mendapatkan Piala Citra pertamanya melalui Boneka Dari Indiana (FFI 1991) dan yang
kedua lewat Ramadhan dan Ramona (FFI
1992).
5.
Jenny
Rachman
Film
debutnya sebagai pemeran utama adalah film Rahasia
Gadis (1975). Keseriusannya dalam film telah ditunjukkan dengan diraihnya
dua Piala Citra sebagai pemeran utama wanita terbaik melalui Kabut Sutra Ungu (FFI 1980) arahan
Sjuman Djaja dan Gadis Marathon (FFI
1982) arahan Chaerul Umam. Dia bisa menjadi magnet layar lebar yang
menghasilkan box office bagi
film-filmnya, sekaligus memberikan akting yang mampu diapreasiasi kritikus.
Oleh karena itu wanita ini diberi gelar "The Queen of Indonesian Cinema" oleh kalangan industri film
Indonesia.
6.
Tuti
Indra Malaon
Salah
satu pendiri Teater Populer yang juga sangat piawai dalam berakting di layar
lebar. Cukup sering bermain di film-film drama. Ia memenangkan Piala Citra
sebagai pemeran utama wanita terbaik pada dua Festival Film Indonesia (FFI)
yaitu pada FFI 1986 dalam film Ibunda dan FFI 1989 dalam film Pacar
Ketinggalan Kereta. Juga pernah menjadi uggulan FFI untuk film Neraca Kasih (nominasi FFI 1983).
7.
Widyawati
Bermain
film sejak usia belasan tahun hingga sekarang. Widyawati dikenal oleh
masyarakat dan melambung namanya lewat perannya sebagai Yuli bersama dengan
Sophan Sophiaan sebagai Romi di film Pengantin
Remaja (1971) yang kemudian menjadikannya idola. Penampilan Widyawati dalam
sejumlah film romansa, semakin mematangkan aktingnya. Sempat masuk unggulan
nominasi FFI sebanyak lima kali. Ia semakin tampil lebih memukau dalam film-film
drama yang kemudian mengantarkannya meraih Piala Citra, seperti dalam One Way Ticket (FFI 1977) dan Arini (FFI 1987).
8.
Rina
Hassim
Aktris
yang tenar pada tahun 70-an sampai 90-an, namun hingga kini masih sering
bermain film, meski hanya sebagai pemain pendukung. Rina memiliki karakter yang
kuat dalam film-filmnya, dan juga aktingnya begitu maksimal, tak heran dua
Piala Citra diraihnya melalui film Semalam
Di Malaysia (FFI 1976) dan Zig Zag
(FFI 1991) serta lima nominasi Piala Citra di tahun 1979, 1981, 1985, 1986, dan
1988. Pernah pula meraih best supporting
ctress pada Festival Film Asia Pasifik 1987 dalam film Akibat Kanker Payudara (1987).
9.
Dewi
Irawan
Dibawah
asuhan ayahnya, Dewi sudah mengenal dunia akting sejak Taman Kanak-kanak,
sebelum mulai dikenal setelah main dalam Belas
Kasih (1973). Sesudah ayahnya meninggal, ia masih bermain dalam beberapa
film bertema remaja. Dewi berhasil menyabet Piala Citra kategori pemeran
pendukung wanita terbaik dalam film Sang
Penari (FFI 2011) dan sebagai pemeran utama wanita terbaik dalam film Tabula Rasa (FFI 2014), yang mengakhiri
penantiannya setelah 30 tahun lebih sebelumnya, ketika Dewi masuk dalam
nominasi aktris terbaik FFI 1983 melalui Titian
Serambut Dibelah Tujuh (1982).
10.
Jajang
C. Noer
Mulai
memasuki teater pada tahun 1972, ia menjadi anggota Teater Ketjil pimpinan
Arifin C. Noer. Meski dapat peran kecil-kecilan, pada usia 20 tahun ia sudah
tampil di panggung. Setelah diikutkan main di sejumlah film, ia dapat peran
berarti di film Bibir Mer (1991) yang
mengantarkannya meraih Piala Citra sebagai pemeran pendukung wanita terbaik
pada FFI 1992. Piala Citra kembali diraihnya melalui film Cinta Tapi Beda (FFI 2013) serta lima kali masuk unggulan nominasi
FFI. Konsistensinya dalam dunia film masih terbukti hingga kini.
11.
Rima
Melati
Mengawali
karier di bidang seni peran pada tahun 60-an, yang sebelumnya juga berkarier
sebagai peragawati dan penyanyi. Istri Frans Tumbuan ini meraih Piala Citra FFI
1973 untuk pemeran utama wanita terbaik mendampingi Benyamin S. dalam film satir Intan Berduri (1972). Selain itu masuk unggulan
Citra lewat Kupu-kupu Putih (nominasi
FFI 1984), Tingal Landas Buat Kekasih
(nominasi FFI 1985), Pondok Cinta
(nominasi FFI 1986) Biarkan Bulan Itu
(nominasi FFI 1987) dan Arini II
(nominasi FFI 1989).
12.
Adinia
Wirasti
Asti
memulai karir sebagai seorang model pada sebuah majalah remaja. Ia dikenal
masyarakat lewat aktingnya di film Ada
Apa Dengan Cinta? (2001) yang sukses besar dalam pemasarannya. Ia
mendapatkan Piala Citra sebagai pemeran pendukung wanita terbaik FFI 2005 untuk
perannya dalam film Tentang Dia
(2004). Kemudian kembali mendapatkan Piala Citra sebagai pemeran utama wanita
terbaik lewat Laura & Marsha (FFI
2013).
13.
Nani
Widjaya
Aktris
andal spesialis film drama ini sudah bermain film sejak tahun 60-an. Ia adalah
satu dari empat personel Golden Girls
bersama Ida Kusumah, Connie Sutedja dan Rina Hassim. Tetap konsisten dengan dunia akting hingga kini.
Aktingnya yang mengesankan dalam
film Yang Muda Yang Bercinta (1977)
mengantarkannya meraih Piala Citra kategori pemeran pendukung wanita terbaik
FFI 1978. Selanjutnya Piala Citra keduanya diperoleh melalui film R.A. Kartini (FFI 1983).
14.
Niniek
L. Karim
Niniek
yang juga seorang akademisi dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini,
bergabung dengan Teater Populer pimpinan Teguh Karya sejak masih mahasiswa.
Niniek semula enggan bermain film. Prinsip Niniek itu pun luluh setelah Teguh
Karya merekrutnya bermain di film Ibunda
(1986). Di film debutnya ini, Niniek ternyata menampilkan akting yang begitu
mumpuni. Ia pun langsung merebut Piala Citra pertama untuk pemeran pendukung
wanita terbaik pada FFI 1986. Niniek pun kembali mengulang kemenangan di film
keduanya, Pacar Ketinggalan Kereta
(1988) meraih Piala Citra FFI 1989.
15.
Lenny
Marlina
Lenny adalah
bintang yang ditemukan oleh Usmar Ismail. Pertama kali muncul dalam Ananda (1970), film terakhir Usmar.
Lenny yang berbakat besar itu dengan cepat jadi populer dalam dunia film.
Menjadi aktris terbaik dengan penghargaan Piala Citra pada FFI 1974 lewat film Rio Anakku (1973). Aktingnya yang begitu menyentuh, ketika
memerankan pengidap kanker dalam drama Jangan
Ambil Nyawaku (nominasi
FFI 1982) dan
Kembang Kertas
(nominasi FFI 1985),
membuatnya masuk unggulan Piala Citra FFI.
16.
Tanti
Yosepha
Sejak
SMA, ia sudah berkecimpung di dunia seni, kelompok tari, sandiwara, dan tarik
suara. Dunia film ditekuninya dengan debut Mama (1972) arahan Wim Umboh.
Tahun 1973, film Ratapan Anak Tiri yang dibintanginya meledak di
pasaran. Tanti berhasil meraih Piala Citra sebagai pemeran utama wanita terbaik
dalam film Setulus Hatimu (FFI 1975)
dan menjadi unggulan dalam Dr. Karmila
(nominasi FFI 1982).
17.
Dian
Sastrowardoyo
Ia
mengawali kariernya di dunia hiburan sebagai model. Film pertamanya Bintang
Jatuh (2000), karya Rudi Sujarwo, diedarkan secara indie. Film selanjutnya
adalah Pasir Berbisik (2000) membuatnya masuk dalam unggulan Piala Citra
FFI 2004. Kemudian membintangi film Ada
Apa Dengan Cinta? (2001) yang disebut-sebut sebagai ikon kebangkitan film
nasional. Melalui film ini pula Dian berhasil meraih Piala Citra sebagai
pemeran utama wanita terbaik pada FFI 2004.
18.
Joice
Erna
Dengan bekal keberanian dan wajah
indo, Joice mengawali karirnya sebagai foto model. Pertama terjun ke dunia film
dalam Seribu Kenangan (1975). Kemudian
sutradara Arifin C. Noer melihat bakat potensial aktingnya, dan diajaknya
bermain dalam Suci Sang Primadona (1977),
yang mengantarkannya terpilih sebagai aktris terbaik Piala Citra FFI 1978.
Sejak itu semakin meningkat kegiatan filmnya. Masuk unggulan dalam Arini (nominasi FFI 1987) sebagai
pemeran pendukung wanita terbaik.
19.
Marissa
Haque
Perkenalannya
dengan dunia hiburan dimulai saat ia aktif mengisi waktu luangnya dengan
menyanyi dan menari dalam sanggar "Swara Mahardika". Pada tahun 1980
sutradara film M.T. Risyaf menawarkan peran untuk Marissa dalam film Kembang
Semusim. Piala Citra diperolehnya pada FFI 1985 untuk pemeran pendukung wanita terbaik lewat film Tinggal Landas Buat Kekasih (1984), disusul masuk
unggulan melalui film Matahari Matahari
(nominasi FFI 1986) dan Biarkan Bulan Itu
(nominasi FFI 1987).
20.
Ita
Mustafa
Ita
adalah aktris yang populer pada era 80-an yang sering tampil sebagai aktris
pendukung. Ia pun pernah mendapatkan Piala Citra kategori pemeran pendukung
terbaik dalam film Gadis Penakluk
(FFI 1981). Ia sempat menjadi peran utama dalam film Tinggal Sesaat Lagi (nominasi FFI 1987) bersama aktor senior Roy
Marten. Dan sekali lagi masuk unggulan dalam Bukan Istri Pilihan (nominasi FFI 1982).
21.
Ria
Irawan
Karena
besar di lingkungan film, Ria tertarik dengan dunia perfilman sejak masih
kecil. Pada usia empat tahun, Ria telah menjadi figuran dalam film Sopir Taksi (1973), hingga aktingnya
yang membuat banyak orang terpikat pada film Kembang Kertas (1984). Berkat perannya di film Bila Saatnya Tiba (1985), Ria meraih nominasi FFI 1986 sebagai
pemeran pendukung wanita terbaik. Ria berhasil memenangkan Piala Citra lewat
film Selamat Tinggal Jeanette (FFI
1988). Di FFI 2006 dirinya kembali mendapat nominasi pemeran pendukung wanita
terbaik lewat film Berbagi Suami
(2006).
22.
Ayu
Azhari
Akibat Buah Terlarang
(1984), sebagai penanda debut Ayu di ranah perfilman sekaligus yang mengangkat
namanya sebagai pendatang baru yang cukup berkualitas. Meraih Piala Citra
sebagai pemeran pendukung wanita terbaik dalam film Dua Kekasih (FFI 1990). Prestasinya berlanjut dengan menjadi aktris
terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 2001 dalam film Telegram (2000) arahan Slamet Rahardjo.
23.
Paramitha
Rusady
Selepas
SMA, Mitha mendapat tawaran main film Ranjau-Ranjau
Cinta (1984) dengan lawan main Rano Karno dan sutradara Nasrie Chepy, yang
menandakan awal kariernya di dunia film. Dari situ beberapa film layar lebar
kemudian dibintangi, namanya segera melambung. Menjadi unggulan Piala Citra
sebanyak lima kali yaitu dalam film Si
Kabayan Saba Kota (nominasi FFI 1989), Blok
M (nominasi FFI 1990), Boss Carmad
(nominasi FFI 1991), Selembut Wajah
Anggun (nominasi FFI 1992), dan Kuberikan
Segalanya (nominasi Ffi 1992).
24.
Nurul
Arifin
Jadi
model mulai tahun 1983 kemudian ditarik ke dunia film sejak Hati Yang Perawan (1984). Karena
bakatnya itu ia sering masuk nominasi aktris terbaik dalam berbagai
penghargaan. Mulai masuk unggulan Piala Citra lewat Istana Kecantikan (nominasi FFI 1988). Kemudian diunggulkan lagi
dalam Pacar Ketinggalan Kereta
(nominasi FFI 1989), Dua Dari Tiga
Laki-laki (nominasi FFI 1990) dan Catatan
Si Emon (nominasi FFI 1992).
25.
Dewi
Yull
Dewi
Yull adalah seorang penyanyi, selain itu ia juga sebagai aktris yang dimulainya
dengan berperan dalam sinetron Losmen.
Film pertamanya Gadis (1980) yang
mempertemukannya dengan aktor Ray Sahetapy. Berkat kekuatan aktingnya, Dewi
menjadi unggulan Piala Citra sebagai pemeran utama wanita terbaik dalam film Kembang Kertas (nominasi FFI 1985) dan Penyesalan Seumur Hidup (nominasi FFI 1987).
Demikian daftar aktris terbaik yang saya buat,
semoga berkenan. Terima kasih.
Referensi: wikipedia, indonesian film center,
katalog film indonesia.
Foto: berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar