Sejak awal kemunculannya hingga kini, perfilman
nasional telah memberi kita banyak idola. Mereka semua tampil dengan keunikan
tersendiri, namun sebenarnya ada dua hal sama yang paling menonjol yang mereka
miliki, yaitu kharisma dan kualitas. Perpaduan dua hal tersebut yang membuat
khalayak mencintai dan memperhatikan mereka sehingga kemudian menjadikannya
sebagai bintang idola.
Berikut ini saya menghadirkan para bintang idola
perfilman tanah air dari masa ke masa yang saya mulai dari generasi 70-an
hingga sekarang, sekaligus bernostalgia sejenak:
- Masa tahun 70-an
Roy
Marten
Film layar lebar berjudul Bobby (1974) menjadi debut Roy di dunia akting. Namun
kebintangannya mulai memuncak ketika berperan sebagai Anton, mahasiswa bengal
dan nakal yang memacari dosen killer
dalam film Kampus Biru (1976) berdasarkan
novel laris karangan Ashadi Siregar, Cintaku di Kampus Biru. Film ini
meninggalkan kesan yang mendalam buat Roy. Setelah itu, wajah tampannya tampil
di beberapa judul film layar lebar lainnya. Kiprah Roy yang semakin mendapat
pengakuan membuat tawaran demi tawaran terus menghampirinya. Sesuatu yang Indah (1976), Badai Pasti Berlalu (1976), Kugapai Cintamu (1977), adalah beberapa
diantara 80-an judul film yang telah dibintanginya. Kemampuan
aktingnya yang mumpuni membuat Roy kebanjiran banyak pujian. Di tahun 1977, Roy
mendapat sejumlah penghargaan yakni Piala Djamaludin Malik FFI 1977 sebagai
Pemain Muda Penuh Harapan, serta penghargaan dari KBRI Belanda atas film Roda-roda Gila (1977).
Rasanya tak ada yang tak kenal pria Brisk ini di
tahun 70-an. Ia mengawali perkenalannya dengan dunia hiburan setelah
membintangi iklan Brisk yang sangat popular waktu itu. Debutnya di dunia film
lewat ajakan sutradara Ali Shahab, Rahasia
Perawan (1975) yang membuat penasaran banyak orang. Apalagi Robby dipercaya
menjadi pemeran utama mendampingi Tanti Yosepha. Satu demi satu tawaran yang
berdatangan dilakoninya membuat kariernya makin terbuka lebar, seperti Ranjang Siang Ranjang Malam (1976), Akibat Pergaulan Bebas (1977), Kabut Sutra Ungu (1979).
Jenny
Rachman
Mengawali kariernya sejak usia 14 tahun sebagai
bintang iklan, fotomodel dan peragawati. Film awalnya Ita Si Anak Pungut (1973) dan debut memerani peran utama lewat film
Rahasia Gadis (1975). Jenny yang pada
akhir tahun 70-an dikenal sebagai salah satu bintang dari The Big Five (selain
Roy Marten,
Robby Sugara, Doris Callebaute, dan Yatie Octavia)
juga dinilai sebagai aktris yang lengkap. Dia bisa menjadi magnet layar yang
menghasilkan box office bagi film-filmnya, sekaligus memberikan akting
yang mampu diapreasiasi kritikus. Oleh karena itu wanita ini diberi gelar
"The Queen of Indonesian Cinema"
oleh kalangan industri film nasional. Hingga kini Jenny telah membintangi
sekitar 30-an judul film.
Yatie Octavia
Pada era keemasan film Indonesia, Yatie Octavia
adalah salah satu artis terlaris dan termahal serta banyak penggemarnya.
Mengawali karier pada tahun 1971 saat usianya baru 17 tahun sebagai figuran
dalam film Intan Perawan Kubu (1972).
Lewat film Hamidah (1974) ia kemudian
memperoleh peran utama. Pada masa itu sedang terjadi booming film-film panas, dan Yatie tak mampu membendung tawaran
untuk berperan didalamnya, semisal Gadis
Panggilan (1976), Ali Topan Anak
Jalanan (1977), Yang Muda Yang
Bercinta (1977). Namun film yang paling menghebohkan adalah film Rahasia Perkawinan (1978) karena Yatie
bersedia digunduli kepalanya yang juga menjadi sensasi tersendiri karena
diekspos media habis-habisan. Yatie juga sering bermain di film-film Rhoma
Irama dan peran tokoh Ani sangat lekat di hati para penggemar Rhoma Irama.
- Masa akhir tahun 70-an hingga
awal tahun 80-an
Rano Karno
Menyebut nama Rano Karno
seperti menyebut deretan panjang judul-judul film Indonesia. Maklum sejak umur
sembilan tahun, Rano sudah diajak ayahnya membintangi film Lewat Tengah Malam (1971), memerankan tokoh anak. Namanya mulai
dikenal lewat film Si Doel Anak Betawi
(1973) karya Sjuman Djaja, berperan sebagai pemeran utama. Sejak itu,
prestasinya pun mulai kelihatan. Selanjutnya ia mendapat peran-peran remaja dan
dewasa lewat film Wajah Tiga Perempuan (1976), Suci Sang Primadona (1977), Gita Cinta dari SMA (1979), dan lain-lain.
Ia menjadi pujaan remaja kala itu, poster Rano terpampang dimana-mana. Remaja
pria seperti tak modis bila tak berkumis seperti Rano Karno.
Herman Felani
Satu lagi bintang idola
yang berkumis, Herman Felani. Ia mengawali debut yang mencuatkan namanya lewat
film Mencari Cinta (1979) hasil
adaptasi dari novel laris Arjuna Mencari Cinta. Selanjutnya Herman bermain di
film-film remaja yang popular, seperti Kembang
Padang Kelabu (1980), Sekuntum Duri
(1980), Sirkuit Kemelut (1980), Simphony yang Indah (1981), dan masih
banyak lagi yang lainnya. Herman Felani sering bermain di film-film hasil
adaptasi dari novel-novel laris pada zamannya.
Yessy Gusman
Nama Yessy mulai melejit
lewat film Gita Cinta Dari SMA (1979) yang dibintanginya bersama Rano
Karno. Hingga kini ia terkenal sebagai bintang idola yang sering berpasangan
dengan Rano Karno dalam sebuah film dan menampilkan chemistry yang kuat diantara mereka. Yessy mulai terjun di dunia
hiburan sejak tahun 1974. Telah banyak film yang dibintanginya, di antaranya Romi
dan Yuli (1974), Buah Terlarang (1979), Puspa Indah
Taman Hati (1979), Neraca
Kasih (1982). Melalui film Usia 18 (1980) arahan Teguh Karya, Yessy
dinominasikan sebagai pemeran utama wanita terbaik Festival Film Indonesia
tahun 1981.
Lydia Kandou
Namanya seakan identik
dengan film laris di tahun 80-an. Debutnya diawali lewat film Wanita
Segala Zaman (1979) arahan Hasmanan, atas ajakan Imam Tantowi untuk
mendukung film tersebut sekaligus mendampingi beberapa nama bintang film
terkenal pada masa itu. Lewat film ini namanya melejit di saat usianya belum
genap 17 tahun. Sejak itu kariernya di seni peran terus melaju sampai sekarang.
Filmografinya antara lain, Aladin dan
Lampu Wasiat (1980), Jangan Sakiti
Hatinya (1980), Darna Ajaib
(1980), Kau Tercipta Untukku (1980), Perawan Rimba (1982), Untukmu Kuserahkan Segalanya (1984). Film-film
yang dilakonkan mampu menempatkannya menjadi bintang idola untuk beberapa masa.
- Masa akhir tahun 80-an hingga
awal tahun 90-an
Onky Alexander
Namanya melejit ketika
membintangi film debutnya, Catatan Si Boy
(Kugadaikan cintaku) tahun 1987 yang sampai dibuat empat film sekuelnya. Ia
pun kemudian lekat dengan panggilan Mas
Boy. Penggemarnya menganggap Onky adalah Boy dan Boy adalah Onky. Boy yang
mereka gambarkan sebagai remaja pria yang ganteng, tajir, gaul, macho, sayang
keluarga, rajin beribadah, serta banyak dikagumi para wanita. Setelah itu Onky
membintangi film-film yang masih bernuansa remaja, seperti Kristal-kristal Cinta (1989), Pacar
Ketinggalan Kereta (1989), Rebo dan
Robby (1990), Bukan Main (1991),
dan lain-lain.
Ryan Hidayat
Sejak umur 4 tahun telah
jadi bintang iklan untuk berbagai produk. Pada saat masih anak-anak ia diajak
oleh sutradara Hasmanan untuk bermain film Anna
Maria (1979). Film pertama itu menghasilkan nominasi baginya untuk aktor
utama terbaik pada FFI 1980. Meskipun tidak menang tapi Ryan berhasil meraih
gelar aktor cilik terbaik. Ia terus bermain sebagai bintang cilik hingga Sangkuriang (1982). Kemudian menghilang,
baru pada tahun 1987 terpilih untuk berperan sebagai tokoh idola remaja dalam
film Lupus, adaptasi novel popular
karya Hilman Hariwijaya. Hingga empat seri Lupus
dibintanginya. Peran tokoh ini yang begitu melejitkan namanya sebagai bintang
idola. Film-film remaja lainnya yang pernah dilakoninya antara lain, Elegi Buat Nana (1988), Si Roy (1989), Langit Kembali Biru (1990), Ricky
Nakalnya Anak Muda (1990). Sang idola ini pun kini telah berpulang pada
tahun 1997 dikarenakan sakit yang dideritanya.
Meriam Bellina
Mer adalah aktris multi
talenta dengan mengawali karier sebagai model. Ia pernah menjadi gadis sampul
di majalah Gadis. Film pertama yang dibintanginya saat masih remaja berjudul Perawan-perawan (1981) sebagai peran
pendukung. Kariernya mulai mencuat setelah membintangi film Cinta di Balik Noda (1984) dan Catatan Si Boy (1987). Kualitas
aktingnya tak perlu diragukan, bahkan mendiang sutradara Arifin C. Noer
menjulukinya “magma” perfilman nasional. Aktingnya dapat dinikmati dalam
film-film, seperti Roro Mendut (1982),
Pengantin Pantai Biru (1983), Romantika (1985), Tatkala Mimpi Berakhir (1987), Taksi
(1990), dan lain sebagainya.
Paramitha Rusady
Karier filmnya bermula
pada tahun 1985, tepatnya selepas SMA. Ia mendapat tawaran bermain film Ranjau-ranjau Cinta sutradara Nasrie
Chepy yang dipasangkan dengan Rano Karno. Meskipun sebelumnya ia juga pernah
menerima tawaran sebagai bintang iklan dan cover
majalah. Dari situ beberapa film layar lebar kemudian dibintanginya, seperti Kidung Cinta (1985), Merpati Tak Pernah Ingkar Janji (1986), Si Kabayan Saba Kota (1989), Boss Carmad (1990), Selembut Wajah Anggun (1992), dan lain-lain. Namanya langsung
meroket, namun ketika produksi perfilman Indonesia surut, Mitha segera banting
stir menekuni dunia sinetron.
- Masa tahun 2000-an
Nicholas Saputra
Namanya mulai dikenal
setelah membintangi film Ada Apa Dengan
Cinta? Pada tahun 2002. Nicholas memulai karier sebagai seorang model pada
sebuah peragaan busana. Pernah beberapa kali ikut casting film sebelum akhirnya diterima sebagai pemeran Rangga dalam
AADC yang menjadikannya bintang idola selanjutnya. Ia sangat selektif memilih
peran yang ingin dimainkannya. Selanjutnya, film-film berkelas ia bintangi,
seperti Biola Tak Berdawai (2003), Janji Joni (2005), Gie (2005), 3 Hari Untuk
Selamanya (2007).
Dian Sastrowardaoyo
Ia memulai kariernya di
dunia hiburan pada tahun 1996, sebagai juara pertama di ajang Gadis Sampul majalah
GADIS. Ia disebut-sebut sebagai ikon kebangkitan film nasional bersama rekannya
di film Ada Apa Dengan Cinta?, Nicholas
Saputra. Film pertamanya Bintang Jatuh
(2000), karya Rudi Sujarwo,
diedarkan secara indie di kampus-kampus dan tidak ditayangkan di bioskop. Film
selanjutnya pada tahun 2001,
Pasir
Berbisik menyandingkannya untuk beradu akting dengan Christine
Hakim, Slamet Rahardjo dan Didi Petet.
Dian juga dikenal sebagai aktris berbakat yang penuh dengan totalitas.
- Masa tahun 2010 hingga sekarang
Reza Rahadian
Reza mengawali karier
aktingnya di sinetron. Dari sini ia mulai mendapat beberapa tawaran bermain
film layar lebar. Dari film dengan nuansa horor komedi, Film Horor (2007) Reza mulai membuktikan kualitas aktingnya pada film
Perempuan Berkalung Sorban (2009).
Usai memerankan perangai keras, selanjutnya Reza terlibat dalam proyek film
lainnya. Ia berusaha mencari karakter-karakter yang berbeda pada setiap film
yang ia perankan. Karier akting bintang Emak
Ingin Naik Haji (2009) ini semakin bersinar, namanya juga bisa disejajarkan
dengan pemain-pemain senior. Kemudian Reza berperan di film-film, seperti Alangkah Lucunya Negeri Ini (2010), Jakarta Maghrib (2011), Hafalan Sholat Delisa (2011), Perahu Kertas (2012). Dan memuncak
aktingnya ketika bermain sebagai B.J. Habibie dalam film Habibie & Ainun (2012).
Chelsea Islan
Chelsea memang sudah
memiliki dasar dalam dunia akting melalui panggung teater, sehingga ia tak
kesulitan untuk memperlihatkan bakat akting yang ia miliki, yang membuat
dirinya pun mendapat peran pendukung dalam film Refrain (2013). Meski dalam film tersebut Chelsea hanya mendapat
peran pendukung, namun perannya mampu menyedot perhatian pecinta film tanah
air. Filmografinya masih sedikit, seperti Street
Society (2014), Merry Riana (2014)
dan Di Balik 98 (2015), namun ia
diprediksi akan semakin bersinar kebintangannya di masa mendatang seiring
bertambahnya kuantitas dan kualitas film-film yang dibintanginya.
Waktu akan terus
berjalan dan mengubah banyak hal, begitu juga bagi sang bintang idola. Seiring
berjalannya waktu, popularitas makin memudar dan jumlah penggemar makin
berkurang, maka bintang idola harus tahu bagaimana menyikapi perubahan ini.
Referensi: wikipedia,
indonesian film center, tabloid bintang indonesia, katalog film indonesia
Foto: berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar