Sudah lima belas
menit aku menunggu. Dia belum datang juga. Sebentar lagi kereta akan berangkat.
Kereta yang setiap pagi selalu kami
tumpangi untuk membawa kami ke tempat kerja di pusat kota. Penuh kaum urban pekerja
keras pengais rejeki dari pinggir kota yang rela berdesakan demi mendapatkan
bangku kosong dan ingin segera tiba ke tujuan.
Aku masih
menunggunya di bangku kayu panjang yang ada di peron stasiun ini. Sebuah bangku
yang menjadi saksi pertemuanku dengannya. Biasanya kami akan duduk disitu
sambil menunggu salah satu dari kami yang datang belakangan. Kemudian kami akan naik kereta yang sama dan duduk
bersebelahan atau kadang juga berdiri berdekatan. Ketika sampai di stasiun
tujuan, kami akan berpisah menuju tempat kerja masing-masing.
Sudah tiga bulan
ini hubungan kami makin akrab. Tanpa sadar kami sudah saling menyebut kata
sayang, aku juga tidak tahu mengapa bisa begitu nyaman bila berada di dekatnya.
Aku selalu merasa bahagia bila bersamanya. Bahkan kadang setelah pulang kantor
kami janjian di sebuah coffee shop
untuk sekedar saling curhat masalah kerjaan atau keluarga. Pulang kerjapun kami
akan selalu naik kereta yang sama.