Halaman

Senin, 30 April 2012

Berbagi Bapak


Beep ... beep ... beep .....

“Halo …”
“Halo … Mbak !”
“Sudah kubilang jangan telepon aku lagi, aku gak mau menjenguk Bapak.”

Aku nggak mau melihat bapak meskipun dia kini sedang terbaring di rumah sakit. Aku benci sama bapak. Sejak dia memutuskan untuk berpoligami, bapak sudah menghancurkan hati ibuku dan juga hatiku. Apa kurangnya ibu. Ibu yang begitu setia sama bapak. Ibu yang begitu tulus dan jujur. Ibu yang penuh ikhlas menyayangi. Ibu yang sangat baik meskipun dia merelakan pasangan hidupnya harus dimiliki juga oleh orang lain. Aku tahu hatinya hancur tapi dia tidak pernah memperlihatkannya. Mengapa bapak begitu tega. Padahal dulu aku begitu membanggakan bapak.

Bapak menikah lagi ketika aku berusia tujuh tahun. Aku belum mengerti poligami saat itu. Yang aku tahu cuma bapak sudah jarang tidur bersama kami lagi dalam satu rumah. Jika aku bertanya, ibu selalu bilang bahwa bapak sedang tugas keluar kota. Sebagai anak tunggal aku masih butuh bapak, bukan cuma materi tapi juga kasih sayangnya. Ibu baru memberi tahu soal itu ketika aku sudah duduk dibangku SMP. Sebagai wanita aku bisa merasakan pedihnya hati ibu kala itu.

Selasa, 03 April 2012

Sajadah

Idul Fitri, hari yang paling ditunggu umat muslim. Seperti aku yang tiap tahun selalu menunggunya karena di hari itu aku bisa berguna dan merasa bahagia. Setelah setahun berada di ruang gelap yang harum kapur barus, aku merasa bisa bebas bernafas dan menguap. Bisa melihat indahnya dunia dan hangatnya sinar mentari. Gema takbir yang terus mengalun merdu di seluruh masjid begitu menggetarkan jiwa. Aku ingin tiap hari adalah hari Idul Fitri.
 
Aku selalu merasa sunyi sendiri. Hari ini aku kembali keluar dari persembunyianku. Kini aku sudah berada di pundak pemilikku yang beserta keluarganya sudah siap-siap pergi ke masjid melaksanakan sholat Idul Fitri. Pemilikku, seorang bapak separuh baya yang sukses di kehidupannya. Punya seorang istri cantik yang selalu menemaninya dan dua orang anak yang sudah pasti selalu menikmati kekayaannya. Beliau juga punya perusahaan besar yang sudah berjalan dengan baik. Kami pergi dengan mengendarai sebuah mobil ke masjid yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah dan setelah beberapa saat akhirnya kami sampai juga di sebuah masjid indah yang berada di pinggir komplek perumahan.