Halaman

Selasa, 18 Maret 2014

Gadis dan Jaka



“Maukah kau menikah denganku?”
“Dengan satu syarat.”
“Apapun syaratmu akan kupenuhi”
“Baiklah kalau begitu. Aku punya permintaan sebelum kau menikahiku.”
“Katakan saja.”
“Buatkan aku seribu candi dalam satu hari satu malam.”
Tunggu sebentar, ini bukan kisah legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Ini cerita cinta biasa, tentang seorang Gadis yang sudah kehabisan cara untuk menolak sang Jaka yang ingin segera menikahinya.
“Kalau mau nolak pake alasan yang masuk akal dong!”
“Aku bingung mau menolak dengan cara apa lagi.”
“Kenapa aku harus ditolak?”
“Kita tidak bisa menikah, aku tidak ingin kau kecewa.”
“Mencintaimu itu seperti kutukan, aku rela terbakar karena telah menyentuhnya. Aku sanggup melawan dunia karenamu.”
“Mengapa kau mengaduk perasaanku? Memberi cinta yang berlimpah hingga aku tersesat di dalamnya.”
“Karena kau pantas menerimanya.”
“Kau terlalu sempurna buatku.”
“Apakah kau masih meragukan cintaku?”
“Aku tidak meragukannya. Aku bisa melihat dengan jelas isi hatimu meski tanpa memandang ragamu”
        Ini juga bukan kisah cinta Rama dan Sinta. Ini cerita cinta biasa, tentang Gadis yang berusaha membahagiakan hati Jaka dengan cara membohongi hatinya sendiri dan ingin melepaskannya.
“Kata orang, cinta tak harus saling memiliki.”
“Kalau bisa saling memiliki, kenapa tidak?”
“Aku cuma ingin kau bahagia.”
`           “Aku telah taklukkan dunia dan sekarang aku ingin menaklukkan hatimu. Aku telah mengungkapkan rahasia hatiku, bahwa setiap desahan napasku tersebut namamu. Seluruh tubuhku kecanduan aroma cintamu.”
            “Ada dinding diantara kita”
            “Kau yang mendirikannya.”
Dan ini juga bukan kisah cinta yang terlarang. Ini cerita cinta biasa, tentang Gadis yang belum sanggup mendamaikan hatinya, bahwa ada Jaka yang akan selalu tulus berada disampingnya.
“Apa kau sungguh berarti bagiku? Aku tidak tahu. Tapi kemanapun aku melangkah, hanya kau yang selalu teringat. Aku rela mengorbankan hidupku untukmu.”
“Jangan buat semakin besar rasa cintaku padamu. Ini berat buat aku.”
“Aku tetap ingin menikahimu.”
“Kamu tahu kan, aku tidak bisa melihat? Aku buta. Carilah wanita yang lebih sempurna. Aku ikhlas.”
Tapi ini cerita cinta tentang Gadis tuna netra yang tidak ingin mengecewakan hati Jaka.
“Mencintaimu seperti minum setengah gelas air. Hausnya tak akan berhenti, hatipun tak juga puas, akan selalu terpikirkan.”
“Aku tak sempurna.”
“Aku cuma ingin kau percayakan hidupmu padaku. Itu saja.”
“Aku ingin kau bahagia.”
“Aku akan selalu bahagia bila bersamamu.”
Pelukan dan air mata menjadi jawaban atas pertanyaan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar