Halaman

Jumat, 13 Februari 2015

25 Aktor Terbaik Indonesia



Salah satu hal yang sangat penting dalam sebuah film adalah peran para aktor dalam menghidupkan karakter tokoh yang dimainkannya. Aktor bagaikan jiwa dalam sebuah film. Tingkat keberhasilan seorang aktor dalam memerankan sebuah karakter, tidak ada parameter khusus untuk mengukurnya. Semua tergantung selera penikmat film masing-masing.
Tanpa bermaksud menyampingkan peran para aktor lainnya yang telah turut berkontribusi dalam perfilman nasional, berikut ini saya menyajikan para aktor terbaik yang dimiliki tanah air hingga saat ini, berdasarkan kualitas, prestasi, loyalitas, dedikasi, dan pengaruhnya di dunia perfilman nasional. 

1. Deddy Mizwar
Aktor andal yang masih memegang rekor peraih Piala Citra FFI terbanyak untuk ketegori pemeran terbaik, dengan jumlah lima piala yang didapat dari Arie Hanggara (FFI 1986), Opera Jakarta (FFI 1986), Nagabonar (FFI 1987), Kuberikan Segalanya (FFI 1992) dan Nagabonar Jadi 2 (FFI 2007). Deddy pernah meraih dua Piala Citra sekaligus untuk dua kategori berbeda di tahun yang sama. di era tahun 80-an, nama Deddy Mizwar seakan tak pernah henti menjadi langganan nominasi FFI hingga mencapai 12 kali nominasi dalam kategori pemeran utama dan pemeran pendukung. Ia sering bermain di film-film yang berkualitas, ditangani sutradara andal, dan film-filmnya juga sukses dan diingat publik.


2. El Manik
Selalu kagum dengan aktor watak yang satu ini atas dedikasinya di dunia perfilman. Berawal dari figuran kemudian El Manik mendapat kepercayaan sebagai peran utama dalam film Jakarta Jakarta (1977) dari Ami Priyono. Selanjutnya, Teguh Karya menawarkan peran sebagai opsir Belanda dalam November 1828 (1978), yang mengantarkan dirinya meraih Piala Citra dalam FFI 1979 sebagai pemeran pendukung pria terbaik. Dan ia pun berhasil menambah koleksi Piala Citra dari film Budak Nafsu (FFI 1984), Carok (FFI 1985) dan Berbagi Suami (FFI 2005).


3. Soekarno M. Noor
Soekarno M. Noor menjadi sosok aktor yang cukup disegani di perfilman nasional. Aktingnya sering dipuji banyak orang termasuk dari sesama pemain film. Pertama kali mendapatkan gelar aktor terbaik pada FFI 1960 untuk film Anakku Sajang. Kemudian lewat Di Balik Tjahaja Gemerlapan (FFI 1967) dan terakhir, Kemelut Hidup (FFI 1979). Nominasi Piala Citra terakhirnya diperoleh melalui film Opera Jakarta (1985) kategori pemeran pendukung pria terbaik, berkat permainannya yang begitu mengesankan.


4. Reza Rahadian
Salah satu aktor muda berbakat dengan akting yang mumpuni. Meski baru terjun di dunia perfilman pada tahun 2007 namun hingga kita sudah banyak membintangi film-film berkualitas yang mengantarkannya meraih beberapa penghargaan. Permainannya semakin mengesankan. Tiga buah Piala Citra telah berhasil diraih melalui film Perempuan Berkalung Sorban (FFI 2009), 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta (FFI 2010) dan  Habibie & Ainun (FFI 2013). Selain itu ia juga pernah dinominasikan dalam FFI sebanyak tiga kali untuk kategori pemeran utama pria terbaik dan satu kali untuk kategori pemeran pendukung pria terbaik. Ke depan kariernya bakal semakin cemerlang.


5. Rachmat Hidayat
Beliau memulai karir perfilmannya lewat film Toha Pahlawan Bandung Selatan (1961). Perkembangan karirnya semakin gemilang di mana ia telah banyak mendapatkan berbagai macam penghargaan. Diantaranya Piala Citra dalam film Apa Salahku (FFI 1977), Pacar Ketinggalan Kereta (FFI 1989) dan Boss Carmad (FFI 1991). Selain itu ia juga pernah lima kali masuk unggulan FFI.


6. Maruli Sitompul
Aktor berkarakter kuat ini selalu tampil mengesankan di setiap film yang dibintanginya. Piala Citra diraihnya tiga kali berturut-turut melalui Laki-laki Dari Nusakambangan (FFI 1981), Bawalah Aku Pergi (FFI 1982), dan Di Balik Kelambu (FFI 1983). Pernah menjadi unggulan FFI sebanyak tiga kali dalam Gara-gara Istri Muda (1977), November 1828 (1978), dan Perawan Desa (1978). Sempat mendapat julukan “The Giant Voice” oleh insan film luar negeri karena volume suaranya yang memang besar dan khas.


7. Slamet Rahardjo
Pada tahun 1968 dia memulai karirnya dalam bidang teater dengan bergabung dalam Teater Populer bersama Teguh Karya. Terjun ke film sebagai pemain sejak 1971 lewat Wajah Seorang Laki-laki (1971). Dia tidak banyak tampil, namun sekali tampil, dalam film yang berkualitas. Ini dibuktikannya dengan berhasil meraih Piala Citra sebagai pemeran utama pria terbaik dalam film Ranjang Pengantin (FFI 1975) dan Di Balik Kelambu (FFI 1983) serta empat kali masuk nominasi unggulan FFI.


8. Tio Pakusadewo
Melangkah ke film sebagai figuran dalam Bilur-bilur Penyesalan (1987). Nama Tio Pakusadewo mulai menjadi perbincangan di tahun 1990, saat ia membintangi film bagus Cinta Dalam Sepotong Roti, garapan Garin Nugroho. Kemudian lewat film Lagu Untuk Seruni (FFI 1991), secara mengejutkan memberinya Piala Citra untuk pemeran utama pria terbaik. Tio kembali menambah koleksi Piala Citranya melalui film Identitas (FFI 2009), sebagai pembuktian akan kualitas aktingnya. Ia juga sering menjadi unggulan nominasi FFI.


9.  Benyamin S.
Benyamin Sueb adalah pemain film, pelawak, sutradara dan penyanyi legendaris Indonesia. Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk bermain film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), serta Si Doel Anak Betawi (1976) yang disutradari Syuman Djaya, semakin mengangkat ketenarannya. Aktingnya yang alami membuatnya meraih Piala Citra dua kali, untuk Intan Berduri (FFI 1973), dan Si Doel Anak Modern (FFI 1977) sebagai pemeran utama pria terbaik.


10. Zainal Abidin
Zainal Abidin adalah aktor kawakan Indonesia di berbagai era. Ia menekuni profesi aktor sejak tahun 1955. Film pertama yang dia perankan sebagai pemeran utama adalah Habis Manis Sepah Dibuang (1955) disutradarai oleh Rd. Arifien. Perannya yang berkesan dari sekian banyak filmnya adalah dalam film Usia 18 (1980), yang memberinya Piala Citra pertama pada FFI 1981. Perannya yang kurang begitu menonjol di film Putri Seorang Jenderal (1981), namun mampu memberinya Piala Citra kedua, untuk kategori pemeran utama pria terbaik di FFI 1982.


11. Mathias Muchus
Mengawali karirnya sebagai aktor lewat panggung teater. Mathias Muchus pun menjajal dunia film lewat Perkawinan (1972) karya Wim Umboh sebagai pemeran pendukung. Muchus mulai mendapat peran utama di Roro Mendut (1982) karya Ami Prijono. Kemampuan aktingnya terus berkembang hingga masuk jajaran nominasi FFI 1986 lewat Beri Aku Waktu, karya Buce Malawau dan benar-benar mendapatkan Piala Citra pada FFI 1988 atas perannya di film Istana Kecantikan, karya Wahyu Sihombing. Kemudian mendapat Piala Citra keduanya lewat Pengejar Angin (FFI 2011).


12. Bambang Hermanto
Namanya mengorbit setelah mendapat peran utama dalam Harimau Tjampa (1953). Bambang mendapat gelar aktor terbaik dalam Festival Film Internasional di Moskwa tahun 1961 berkat permainannya dalam film Pedjuang (1960), merupakan bintang film Indonesia pertama yang berhasil memperoleh medali emas pada taraf Internasional. Ia meraih Piala Citra dalam film Lewat Djam Malam (FFI 1955) dan untuk perannya di film Ponirah Terpidana (FFI 1984) karya Slamet Rahardjo.


13. Rano Karno
Sejak kecil, Rano sudah diajak ayahnya bermain film, memerankan tokoh anak. Namanya mulai dikenal lewat film Si Doel Anak Betawi (1973) karya Sjuman Djaya. Kariernya semakin sukses kala membintangi Gita Cinta Dari SMA (1979) bersama Yessy Gusman, dan banyak film romansa lainnya. Di tahun 80-an, ia mulai mendapat peran di film yang agak berat. Dari film Yang (nominasi FFI 1984), Ranjau-ranjau Cinta (nominasi FFI 1985), Arini (nominasi FFI 1987), Arini II (nominasi FFI 1989), sampai digembleng Arifin C. Noer dalam film Taksi (1990) yang akhirnya memberinya Piala Citra.


14. Nicholas Saputra
Sejak tahun 2002 awal karier aktingnya bermula. Aktor yang popular dengan karakter “Rangga” ini sangat selektif dalam memilih peran dan ia pun akan memberikan performa yang berkualitas dalam setiap penampilannya. Piala Citra pernah diraihnya sebagai pemeran utama pria terbaik dalam Gie (FFI 2005) dan menjadi unggulan dalam Ada Apa Dengan Cinta? (nominasi FFI 2004), Janji Joni (nominasi FFI 2005), dan 3 Doa 3 Cinta (nominasi FFI 2008).


15. Alex Komang
Salah satu murid Teguh Karya dari Teater Populer. Masuk ke dunia film sejak tahun 1984 sebagai pemeran utama dalam film Doea Tanda Mata (1984), yang langsung memberikannya anugerah Piala Citra pada FFI 1985. Sempat rehat beberapa tahun kemudian berakting kembali dan menjadi unggulan dalam Surat Kecil Untuk Tuhan (nominasi FFI 2011) dan 9 Summers 10 Autumns (nominasi FFI 2013).


16. Lukman Sardi
Lukman pertama kali tampil di film pada tahun 1977 saat Wim Umboh sedang mencari pemeran anak-anak untuk film Kembang-kembang Plastik. Sejak saat itu hingga 1984 ia telah tampil dalam film lainnya sebagai pemeran anak-anak. Setelah sekian lama tenggelam, Lukman kemudian muncul membintangi beberapa sinetron. Namun yang membuatnya merasa kembali ke panggung perfilman Indonesia adalah saat ia diajak bermain dalam film Gie (2004) arahan Riri Riza. Sempat pula meraih penghargaan sebagai pemeran pendukung pria terbaik dalam Nagabonar Jadi 2 (FFI 2007).

17. Didi Petet
Didi Petet mengawali karirnya dalam dunia teater bersama Teater Koma. Pertama kali main film dalam Semua Karena Ginah (1985). Mulai diperbincangkan ketika berperan sebagai pria kemayu di film Catatan Si Boy (1987). Secara mengejutkan ia meraih Piala Citra di film Cinta Akan Jaman (FFI 1988) sebagai pemeran pendukung pria terbaik. Pernah melekat dengan peran si “Emon”, merasa menemukan kembali peran yang pas lewat legenda si “Kabayan”. Setelah Kang Ibing hanya ia saja yang dianggap mampu untuk memerankan tokoh yang cerdik dan alim dari Sunda ini.


18. Vino G. Bastian
Melakukan debutnya sebagai aktor dalam 30 Hari Mencari Cinta (2003), kemudian tawaran film pun menyusul secara deras kepadanya. Ia meraih penghargaan sebagai pemeran utama pria terbaik dalam Radit & Jani (FFI 2008) dan pernah masuk unggulan dalam Serigala Terakhir (nominasi FFI 2009) dan 3 Nafas Likas (nominasi FFI 2014).


19. Donny Damara
Memulai karier sebagai bintang iklan produk mentega pada tahun 1978. Setelah menginjak remaja mulai merambah pada dunia seni peran sebagai pemain film di layar lebar. Pernah mendapatkan unggulan Piala Citra dalam Perwira dan Ksatria (nominasi FFI 1991). Penampilannya yang memikat sebagai transgender dalam film Lovely Man (2011) memberikannya anugerah Piala Citra dalam FFI 2012 dan Asian Film Award 2012 sebagai aktor terbaik.


20. Ratno Timoer
Ratno Timoer adalah seorang produser, sutradara, dan aktor film Indonesia yang terkenal dari akhir tahun 60-an hingga dasawarsa akhir tahun 80-an. Melalui film Matjan Kemajoran (1965) namanya melejit dan dikenal masyarakat. Semakin dikenal luas setelah beberapa kali memerankan tokoh pendekar Barda Mandrawata alias "Si Buta Dari Goa Hantu" yang diangkat dari komik terkenal. Aktingnya yang kharismatik memukau dewan juri FFI 1976, sehingga memenangkannya sebagai pemeran utama pria terbaik lewat film Cinta (1975).


21. Pietrajaya Burnama
Piet muncul di awal era 60-an. Film-filmnya kebanyakan bertema komedi dan laga. Kerap juga bermain dalam film-film komedi Warkop pada tahun 80-an hingga 90-an. Sebagai pemain, empat kali masuk unggulan nominasi FFI, dan mendapat Piala Citra sebagai pemeran pendukung terbaik lewat film Noesa Penida (FFI 1989). Film Tjoet Nja’ Dhien (nominasi FFI 1988) adalah salah satu film yang diperankannya yang diingat publik, dimana ia juga masuk unggulan pemeran utama pria terbaik.


22. Dicky Zulkarnaen
Biarpun telah muncul di film sejak tahun 1960 dalam Sehelai Merah Putih, tetapi namanya baru tenar setelah jadi Si Pitung (1970). Pernah juga main bareng dengan istrinya, Mieke Wijaya dalam Gadis Kerudung Putih (1967).  Selain itu, Dicky juga bermain apik dalam film Salah Asuhan (1972), dan Pemberang (1972) yang memberinya Piala Citra pada FFI 1973 sebagai pemeran pendukung pria terbaik.


23. Ray Sahetapy
Film perdananya sebagai pemeran utama, berjudul Gadis (1980) yang kemudian mempertemukannya dengan Dewi Yull. Ray adalah aktor yang mengandalkan akting bagus, terbukti ia pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali di ajang FFI yakni melalui film Ponirah Terpidana (FFI 1984), Secangkir Kopi Pahit (FFI 1985), Kerikil-kerikil Tajam (FFI 1985), Opera Jakarta (FFI 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (FFI 1988), Noesa Penida (1989) dan Jangan Bilang Siapa-siapa (FFI 1990).


24. W.D. Mochtar
Wagino Dachrin Mochtar adalah aktor kawakan dan suami aktris Sofia WD, pertama kali tampil dalam film Tirtonadi (1950). Setelah 15 tahun berkecimpung, baru pada film Matjan Kemajoran (1965) bersama Ratno Timoer namanya mulai dikenal. Ia sering memerankan tokoh antagonis. FFI pernah menominasikannya sebagai peraih Piala Citra dalam film Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa (FFI 1980), Ratu Ilmu Hitam (FFI 1982), dan Roro Mendut (FFI 1983).


25. Cok Simbara
Sejak kecil sebenarnya Cok Simbara sudah mengenal dunia akting. Ia memulai debutnya langsung sebagai pemeran utama dalam film Gersang Tapi Damai (1977). Kemudian melambung lewat film Kugapai Cintamu (1977) yang dibintangi bersama Jenny Rachman, Roy Marten dan Lenny Marlina. Sempat masuk unggulan penerima Piala Citra dalam Penyesalan Seumur Hidup (FFI 1987), Lagu Untuk Seruni (FFI 1991), dan Plong (FFI 1992).



Menjadi yang terbaik tidaklah mudah, butuh kerja keras dan keuletan. Namun menjaga konsistensi dan berusaha mempertahankannya, jauh lebih sulit.


Referensi: wikipedia, indonesian film center, katalog film indonesia.
Foto: berbagai sumber

1 komentar: