Halaman

Jumat, 06 Februari 2015

Bintang Idola Dari Masa Ke Masa



Sejak awal kemunculannya hingga kini, perfilman nasional telah memberi kita banyak idola. Mereka semua tampil dengan keunikan tersendiri, namun sebenarnya ada dua hal sama yang paling menonjol yang mereka miliki, yaitu kharisma dan kualitas. Perpaduan dua hal tersebut yang membuat khalayak mencintai dan memperhatikan mereka sehingga kemudian menjadikannya sebagai bintang idola.
Berikut ini saya menghadirkan para bintang idola perfilman tanah air dari masa ke masa yang saya mulai dari generasi 70-an hingga sekarang, sekaligus bernostalgia sejenak:

-     Masa tahun 70-an

Roy Marten
Film layar lebar berjudul Bobby (1974) menjadi debut Roy di dunia akting. Namun kebintangannya mulai memuncak ketika berperan sebagai Anton, mahasiswa bengal dan nakal yang memacari dosen killer dalam film Kampus Biru (1976) berdasarkan novel laris karangan Ashadi Siregar, Cintaku di Kampus Biru. Film ini meninggalkan kesan yang mendalam buat Roy. Setelah itu, wajah tampannya tampil di beberapa judul film layar lebar lainnya. Kiprah Roy yang semakin mendapat pengakuan membuat tawaran demi tawaran terus menghampirinya. Sesuatu yang Indah (1976), Badai Pasti Berlalu (1976), Kugapai Cintamu (1977), adalah beberapa diantara 80-an judul film yang telah dibintanginya. Kemampuan aktingnya yang mumpuni membuat Roy kebanjiran banyak pujian. Di tahun 1977, Roy mendapat sejumlah penghargaan yakni Piala Djamaludin Malik FFI 1977 sebagai Pemain Muda Penuh Harapan, serta penghargaan dari KBRI Belanda atas film Roda-roda Gila (1977).


Robby Sugara
Rasanya tak ada yang tak kenal pria Brisk ini di tahun 70-an. Ia mengawali perkenalannya dengan dunia hiburan setelah membintangi iklan Brisk yang sangat popular waktu itu. Debutnya di dunia film lewat ajakan sutradara Ali Shahab, Rahasia Perawan (1975) yang membuat penasaran banyak orang. Apalagi Robby dipercaya menjadi pemeran utama mendampingi Tanti Yosepha. Satu demi satu tawaran yang berdatangan dilakoninya membuat kariernya makin terbuka lebar, seperti Ranjang Siang Ranjang Malam (1976), Akibat Pergaulan Bebas (1977), Kabut Sutra Ungu (1979).



Jenny Rachman
Mengawali kariernya sejak usia 14 tahun sebagai bintang iklan, fotomodel dan peragawati. Film awalnya Ita Si Anak Pungut (1973) dan debut memerani peran utama lewat film Rahasia Gadis (1975). Jenny yang pada akhir tahun 70-an dikenal sebagai salah satu bintang dari The Big Five (selain Roy Marten, Robby Sugara, Doris Callebaute, dan Yatie Octavia) juga dinilai sebagai aktris yang lengkap. Dia bisa menjadi magnet layar yang menghasilkan box office bagi film-filmnya, sekaligus memberikan akting yang mampu diapreasiasi kritikus. Oleh karena itu wanita ini diberi gelar "The Queen of Indonesian Cinema" oleh kalangan industri film nasional. Hingga kini Jenny telah membintangi sekitar 30-an judul film.



Yatie Octavia
Pada era keemasan film Indonesia, Yatie Octavia adalah salah satu artis terlaris dan termahal serta banyak penggemarnya. Mengawali karier pada tahun 1971 saat usianya baru 17 tahun sebagai figuran dalam film Intan Perawan Kubu (1972). Lewat film Hamidah (1974) ia kemudian memperoleh peran utama. Pada masa itu sedang terjadi booming film-film panas, dan Yatie tak mampu membendung tawaran untuk berperan didalamnya, semisal Gadis Panggilan (1976), Ali Topan Anak Jalanan (1977), Yang Muda Yang Bercinta (1977). Namun film yang paling menghebohkan adalah film Rahasia Perkawinan (1978) karena Yatie bersedia digunduli kepalanya yang juga menjadi sensasi tersendiri karena diekspos media habis-habisan. Yatie juga sering bermain di film-film Rhoma Irama dan peran tokoh Ani sangat lekat di hati para penggemar Rhoma Irama.



-     Masa akhir tahun 70-an hingga awal tahun 80-an

Rano Karno
Menyebut nama Rano Karno seperti menyebut deretan panjang judul-judul film Indonesia. Maklum sejak umur sembilan tahun, Rano sudah diajak ayahnya membintangi film Lewat Tengah Malam (1971), memerankan tokoh anak. Namanya mulai dikenal lewat film Si Doel Anak Betawi (1973) karya Sjuman Djaja, berperan sebagai pemeran utama. Sejak itu, prestasinya pun mulai kelihatan. Selanjutnya ia mendapat peran-peran remaja dan dewasa lewat film Wajah Tiga Perempuan (1976), Suci Sang Primadona (1977), Gita Cinta dari SMA (1979), dan lain-lain. Ia menjadi pujaan remaja kala itu, poster Rano terpampang dimana-mana. Remaja pria seperti tak modis bila tak berkumis seperti Rano Karno.



Herman Felani
Satu lagi bintang idola yang berkumis, Herman Felani. Ia mengawali debut yang mencuatkan namanya lewat film Mencari Cinta (1979) hasil adaptasi dari novel laris Arjuna Mencari Cinta. Selanjutnya Herman bermain di film-film remaja yang popular, seperti Kembang Padang Kelabu (1980), Sekuntum Duri (1980), Sirkuit Kemelut (1980), Simphony yang Indah (1981), dan masih banyak lagi yang lainnya. Herman Felani sering bermain di film-film hasil adaptasi dari novel-novel laris pada zamannya.



Yessy Gusman
Nama Yessy mulai melejit lewat film Gita Cinta Dari SMA (1979) yang dibintanginya bersama Rano Karno. Hingga kini ia terkenal sebagai bintang idola yang sering berpasangan dengan Rano Karno dalam sebuah film dan menampilkan chemistry yang kuat diantara mereka. Yessy mulai terjun di dunia hiburan sejak tahun 1974. Telah banyak film yang dibintanginya, di antaranya Romi dan Yuli (1974), Buah Terlarang (1979), Puspa Indah Taman Hati (1979), Neraca Kasih (1982). Melalui film Usia 18 (1980) arahan Teguh Karya, Yessy dinominasikan sebagai pemeran utama wanita terbaik Festival Film Indonesia tahun 1981.



Lydia Kandou
Namanya seakan identik dengan film laris di tahun 80-an. Debutnya diawali lewat film  Wanita Segala Zaman (1979) arahan Hasmanan, atas ajakan Imam Tantowi untuk mendukung film tersebut sekaligus mendampingi beberapa nama bintang film terkenal pada masa itu. Lewat film ini namanya melejit di saat usianya belum genap 17 tahun. Sejak itu kariernya di seni peran terus melaju sampai sekarang. Filmografinya antara lain, Aladin dan Lampu Wasiat (1980), Jangan Sakiti Hatinya (1980), Darna Ajaib (1980), Kau Tercipta Untukku (1980), Perawan Rimba (1982), Untukmu Kuserahkan Segalanya (1984). Film-film yang dilakonkan mampu menempatkannya menjadi bintang idola untuk beberapa masa.



-     Masa akhir tahun 80-an hingga awal tahun 90-an

Onky Alexander
Namanya melejit ketika membintangi film debutnya, Catatan Si Boy (Kugadaikan cintaku) tahun 1987 yang sampai dibuat empat film sekuelnya. Ia pun kemudian lekat dengan panggilan Mas Boy. Penggemarnya menganggap Onky adalah Boy dan Boy adalah Onky. Boy yang mereka gambarkan sebagai remaja pria yang ganteng, tajir, gaul, macho, sayang keluarga, rajin beribadah, serta banyak dikagumi para wanita. Setelah itu Onky membintangi film-film yang masih bernuansa remaja, seperti Kristal-kristal Cinta (1989), Pacar Ketinggalan Kereta (1989), Rebo dan Robby (1990), Bukan Main (1991), dan lain-lain.



Ryan Hidayat
Sejak umur 4 tahun telah jadi bintang iklan untuk berbagai produk. Pada saat masih anak-anak ia diajak oleh sutradara Hasmanan untuk bermain film Anna Maria (1979). Film pertama itu menghasilkan nominasi baginya untuk aktor utama terbaik pada FFI 1980. Meskipun tidak menang tapi Ryan berhasil meraih gelar aktor cilik terbaik. Ia terus bermain sebagai bintang cilik hingga Sangkuriang (1982). Kemudian menghilang, baru pada tahun 1987 terpilih untuk berperan sebagai tokoh idola remaja dalam film Lupus, adaptasi novel popular karya Hilman Hariwijaya. Hingga empat seri Lupus dibintanginya. Peran tokoh ini yang begitu melejitkan namanya sebagai bintang idola. Film-film remaja lainnya yang pernah dilakoninya antara lain, Elegi Buat Nana (1988), Si Roy (1989), Langit Kembali Biru (1990), Ricky Nakalnya Anak Muda (1990). Sang idola ini pun kini telah berpulang pada tahun 1997 dikarenakan sakit yang dideritanya.



Meriam Bellina
Mer adalah aktris multi talenta dengan mengawali karier sebagai model. Ia pernah menjadi gadis sampul di majalah Gadis. Film pertama yang dibintanginya saat masih remaja berjudul Perawan-perawan (1981) sebagai peran pendukung. Kariernya mulai mencuat setelah membintangi film Cinta di Balik Noda (1984) dan Catatan Si Boy (1987). Kualitas aktingnya tak perlu diragukan, bahkan mendiang sutradara Arifin C. Noer menjulukinya “magma” perfilman nasional. Aktingnya dapat dinikmati dalam film-film, seperti Roro Mendut (1982), Pengantin Pantai Biru (1983), Romantika (1985), Tatkala Mimpi Berakhir (1987), Taksi (1990), dan lain sebagainya.



Paramitha Rusady
Karier filmnya bermula pada tahun 1985, tepatnya selepas SMA. Ia mendapat tawaran bermain film Ranjau-ranjau Cinta sutradara Nasrie Chepy yang dipasangkan dengan Rano Karno. Meskipun sebelumnya ia juga pernah menerima tawaran sebagai bintang iklan dan cover majalah. Dari situ beberapa film layar lebar kemudian dibintanginya, seperti Kidung Cinta (1985), Merpati Tak Pernah Ingkar Janji (1986), Si Kabayan Saba Kota (1989), Boss Carmad (1990), Selembut Wajah Anggun (1992), dan lain-lain. Namanya langsung meroket, namun ketika produksi perfilman Indonesia surut, Mitha segera banting stir menekuni dunia sinetron.



-     Masa tahun 2000-an

Nicholas Saputra
Namanya mulai dikenal setelah membintangi film Ada Apa Dengan Cinta? Pada tahun 2002. Nicholas memulai karier sebagai seorang model pada sebuah peragaan busana. Pernah beberapa kali ikut casting film sebelum akhirnya diterima sebagai pemeran Rangga dalam AADC yang menjadikannya bintang idola selanjutnya. Ia sangat selektif memilih peran yang ingin dimainkannya. Selanjutnya, film-film berkelas ia bintangi, seperti Biola Tak Berdawai (2003), Janji Joni (2005), Gie (2005), 3 Hari Untuk Selamanya (2007).



Dian Sastrowardaoyo
Ia memulai kariernya di dunia hiburan pada tahun 1996, sebagai juara pertama di ajang Gadis Sampul majalah GADIS. Ia disebut-sebut sebagai ikon kebangkitan film nasional bersama rekannya di film Ada Apa Dengan Cinta?, Nicholas Saputra. Film pertamanya Bintang Jatuh (2000), karya Rudi Sujarwo, diedarkan secara indie di kampus-kampus dan tidak ditayangkan di bioskop. Film selanjutnya pada tahun 2001, Pasir Berbisik menyandingkannya untuk beradu akting dengan Christine Hakim, Slamet Rahardjo dan Didi Petet. Dian juga dikenal sebagai aktris berbakat yang penuh dengan totalitas.



-     Masa tahun 2010 hingga sekarang

Reza Rahadian
Reza mengawali karier aktingnya di sinetron. Dari sini ia mulai mendapat beberapa tawaran bermain film layar lebar. Dari film dengan nuansa horor komedi, Film Horor (2007) Reza mulai membuktikan kualitas aktingnya pada film Perempuan Berkalung Sorban (2009). Usai memerankan perangai keras, selanjutnya Reza terlibat dalam proyek film lainnya. Ia berusaha mencari karakter-karakter yang berbeda pada setiap film yang ia perankan. Karier akting bintang Emak Ingin Naik Haji (2009) ini semakin bersinar, namanya juga bisa disejajarkan dengan pemain-pemain senior. Kemudian Reza berperan di film-film, seperti Alangkah Lucunya Negeri Ini (2010), Jakarta Maghrib (2011), Hafalan Sholat Delisa (2011), Perahu Kertas (2012). Dan memuncak aktingnya ketika bermain sebagai B.J. Habibie dalam film Habibie & Ainun (2012).



Chelsea Islan
Chelsea memang sudah memiliki dasar dalam dunia akting melalui panggung teater, sehingga ia tak kesulitan untuk memperlihatkan bakat akting yang ia miliki, yang membuat dirinya pun mendapat peran pendukung dalam film Refrain (2013). Meski dalam film tersebut Chelsea hanya mendapat peran pendukung, namun perannya mampu menyedot perhatian pecinta film tanah air. Filmografinya masih sedikit, seperti Street Society (2014), Merry Riana (2014) dan Di Balik 98 (2015), namun ia diprediksi akan semakin bersinar kebintangannya di masa mendatang seiring bertambahnya kuantitas dan kualitas film-film yang dibintanginya.
Waktu akan terus berjalan dan mengubah banyak hal, begitu juga bagi sang bintang idola. Seiring berjalannya waktu, popularitas makin memudar dan jumlah penggemar makin berkurang, maka bintang idola harus tahu bagaimana menyikapi perubahan ini. 




Referensi: wikipedia, indonesian film center, tabloid bintang indonesia, katalog film indonesia
Foto: berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar